adsmob1

Contoh Jurnal Proseding

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA PASILITAS PENDIDIKAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA SEBAGAI PENUNJANG TERBENTUKNYA SEKOLAH BERMUTU

(Studi Kasus di SMP NEGERI 2 Garawangi)

 

Oleh :

NANA SURYANA

Email : nana@upi.edu

SMP. Negeri 2 Garawangi

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan

 

ABSTRAK

 

Makalah ini berusaha mengkaji subtansi bagaimana Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Pasilitas Pendidikan Bidang Sarana dan Prasarana terhadap  Sekolah bermutu. Sedangkan Hasil  analisis  dari pengukuran menyatakan bahwa nilai korelasi H0 dan H1 dari Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola fasilitas pendidikan bidang sarana dan prasarana terhadap sekolah bermutu di SMP Negeri 2 Garawangi di tolak. Ini menunjukan bahwa pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola saran dan prasaran kurang signifikan. Dari hal tersebut di atas sehingga perlu analisa lain faktor hambatan yang terjadi dalam membentuk sekolah bermutu tersebut. Serta  faktor – faktor lain seperti Sumber Daya Manusia sebagai bahan kajian dan penelitian selanjutnya.

 

I.         Pendahuluan

Mutu  pendidikan  di  Indonesia  dalam  level  dunia  masih  memprihatinkan. Berdasarkan  laporan  Education  for  All  Global  Monitoring  Report  yang  dirilis UNESCO tahun 2012, menempatkan Indonesia pada peringkat 64 dari 120 negara dalam Education Development Index (EDI). Kualitas  ( mutu ) sekolah  ditentukan  oleh  banyak  komponen.  Salah  satu  penentu  kualitas sekolah adalah kepala sekolah yang merupakan pemimpin tertinggi di sekolahnya. Oleh karena itu, peran sentral kepala sekolah adalah sangat vital dalam menentukan kualitas sekolah. Selain Peran kepemimpinan kepala sekolah sangat mempengaruhi terhadap kinerja personel sekolah, Hal lain  juga kepemimpinan kepala sekolah di tuntut untuk mahir dalam pengelolaan pasilitas pendidikan bidang sarana dan prasarana  dalam menghadapi era 4.0, dimana tenaga-tenaga ahli dari luar negeri bukan hal yang tidak mungkin dapat menempati posisi strategis, menjadi kepala sekolah.

 

II.      Pembahasan

 

Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif

Kepemimpinan kepala sekolah yang berhasil ditunjang oleh kemampuan dalam mengelola sekolah. Upaya meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dengan mematuhi berbagai peraturan kebijakan dan pendidikan serta latihan yang harus dilakukan oleh calon kepala sekolah. Menurut Wahjosumidjo (2007:81), “Kepala sekolah yang berhasil ialah kepala sekolah yang mampu memahami organisasi sekolah sebagai organisasi yang kompleks, unik, dan khas, serta mampu melaksanakan peranan dan fungsi-fungsinya sebagai kepala sekolah dimana seorang yang diberi tanggungjawab untuk memimpin sekolah.

Tanpa  adanya  kepemimpinan  kepala  sekolah  yang  efektif  maka  sebagian  besar  tujuan peningkatan pendidikan akan sangat sulit dicapai. Ketiadaan perhatian pada kenyataan tersebut dapat merusak  tatanan  dan  standar  pencapaian  yang  telah  ditetapkan.  The Wallace Foundation  (2013) menyatakan ada lima kunci utama kepala sekolah dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai pemimpin, yaitu (1) membentuk visi keberhasilan akademik bagi semua siswa, dengan mendasarkan pada standar prestasi siswa yang tinggi (2) menciptakan iklim ramah terhadap pendidikan,agar orgnisasi sekolah mampu berjalan dan berinteraksi dengan baik  (3) membudayakan kepemimpinan pada orang lain, dapat memungkinkan guru atau bawahan lainnya mewujudkan visi sekolah (4) meningkatkan pembelajaran, yakni terjalinnya guru dan siswa dalam melakukan proses pembelajaran yang terbaik. (5) mengelola  orang, data dan proses dapat mendorong perbaikan sekolah.dan peningkatan kualitas sekolah.

Dengan kata lain Kepemimpinan Kepala sekolah adalah proses kerja sama dengan mendayagunakan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya non-manusia dengan menerapkan fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Dalam kegiatan belajar mengajar fasilitas pendidikan bidang  sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam rangka menunjang kelancaran proses kegiatannya, sehingga pengelolaan sarana dan prasarana sangat diperlukan oleh setiap instansi terutama sekolah.

 

Saran dan Prasarana sebagai Fasilitas Pendidikan

 

Dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 disebutkan bahwa :

 

(a.)    Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

 

(b.)   Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

 

Pengertian lain sarana dan prasarana pendidikan menurut  Tim Perumus Penyusun Pedoman Pembukuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, dibedakan sesuai dengan fungsinya, yaitu: Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.

Prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti : halaman, kebun atau taman sekolah, jalan menuju ke sekolah, tata tertib sekolah, dan sebagainya.dengan kata lain Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang berupa barang, baik secara langsung maupun tidak langsung mendukung pelaksanaan proses belajar-mengajar. Sarana dan prasarana menjadi bagian penting dalam mendukung pembelajaran, karena tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung, maka proses pembelajaran tidak dapat berjalan secara optimal, oleh karena itu pengelolaan sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif.

 

Manajemen Pengendalian Mutu Sekolah

 

Peningkatan  mutu  pendidikan  tidak  bisa  dilakukan  hanya  dengan memperbaiki kurikulum, menambah buku pelajaran, dan menyediakan laboratorium di sekolah untuk itu, kepala sekolah di tuntut juga mahir dalam sistem pengendalian manajemen mempunyai unsur-unsur, yaitu detektor, selektor, efektor, dan komunikator (Edy Sukarno, 2002: 3). Pelaksanaan program mutu diperlukan beberapa dasar yang kuat, yaitu: Komitmen pada perubahan; Pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada; Mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan; dan Mempunyai rencana yang jelas (Nana Syaodih S., dkk., 2006: 9).

Selanjutnya, Karakteristik mutu pengelolaan pendidikan di sekolah, menurut  Husaini Usman (2011), adalah Kinerja (performance); Waktu wajar (timeliness); Handal (reliability); Daya tahan (durability); Indah (aestetics); Hubungan manusiawi (personal interface); Mudah penggunaannya (easy of use); Bentuk khusus (feature); Standar tertentu (conformance to specification); Konsistensi (consistency); Seragam (uniformity); Mampu melayani (serviceability); dan Ketepatan (accuracy). Komponen pengendalian mutu yang dikaji adalah bidang Pembelajaran dan Bimbingan peserta didik (N.S. Sukmadinata, dkk. 2006: 54-59)

 

Ciri-ciri Sekolah Bermutu

Merujuk pada Edward Sallis,dalam Sudarwan Danim (2006) mengidentifikasi ciri-ciri sekolah

bermutu, yaitu:

  1. Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
  2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dengan komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
  3. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya, sehingga terhindar dari berbagai “kerusakan psikologis” yang sangat sulit memperbaikinya.
  4. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik di tingkat pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif.
  5. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada masa berikutnya.
  6. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
  7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.
  8. Sekolah mendorong orang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan kualitas dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas.
  9. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan arah kerja secara vertikal dan horozontal.
  10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
  11. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.
  12. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja.
  13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan

 

III.   Rumusan Masalah

Fokus penelitian yang dikaji dalam penelitian ini meliputi: (1) Apakah  kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola pasilitas pendidikan bidang sarana dan prasarana mempunyai pengaruh  terhadap terbentuknya sekolah bermutu di SMP Negeri 2 Garawangi. (2) mengukur nilai korelasi H0 dan H1 dari pengelolaan pasilitas pendidikan bidang  sarana dan prasarana terhadap sekolah bermutu di SMP Negeri 2 Garawangi yang meliputi langkah perencanaan dan cara pengadaan. (3) mengkaji adanya faktor – faktor lain dari yang dapat menjadikan sekolah bermutu.

 

IV.    Metode Penelitian

Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian studi kasus.  Teknik pengumpulan data menggunakan tiga teknik yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh selama penelitian dianalisis dengan langkah-langkah yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan pengecekan keabsahan data dilakukan dengan ketekunan pengamatan dan triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan dua cara, yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.

 

V.       Simpulan dan Saran

 

Simpulan

 

Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan, diperoleh tiga kesimpulan sebagai berikut: (1) Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dalam menelolan pasilitas pendidikan bidang sarana dan prasarana kurang signifikan dan cenderung nilainya kecil terhadap terbentuknya sekolah bermutu di SMP Negeri 1 Garawangi  (2) dari pengukuran nilai korelasi H0 dan H1 dari Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola fasilitas pendidikan bidang sarana dan prasarana terhadap sekolah bermutu di SMP Negeri 2 Garawangi di tolak (3) untuk terbentuknya sekolah bermutu masih terdapat hambatan dan faktor – faktor lain seperti Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai bahan kajian dan penelitian selanjutnya.

Saran

 

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, diberikan saran bagi: (1) Kepala SMP Negeri 2 Garawangi, hendaknya selalu melakukan pengawasan dalam kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan agar dalam kegiatannya berjalan dengan baik dan efektif sehingga dapat mencapai tujuan tujuan yang telah ditentukan; (2) Guru SMP Negeri 2 Garawangi, hendaknya guru dapat lebih berkompeten dalam menggunakan sarana dan prasarana pendidikan yang di sesuaikan dengan tuntutan kekinian, memperlancar kegiatan belajar mengajar di kelas. (3) mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan, hendaknya dapat menjadikan bahan ini sebagai referensi tambahan dalam hubungannya dengan mata kuliah Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan; (4) peneliti lain, hendaknya melakukan penelitian pengembangan tentang pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dengan menambah situs penelitian yaitu dengan lebih memperdalam fokus dan kajian teori.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

B. Suryobroto. 2004. Manajemen Pendidikan Sekolah, PT Rineka Cipta, Jakarta

Burhanuddin,. Yusak, 2005,  Administrasi Pendidikan. Pustaka Setia, Bandung.

Daryanto,. M, 2006,  Administrasi Pendidikan, Cet. IV, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Gunawan, Ary H. 1996. Administrasi Sekolah “Administrasi Pendidikan Mikro” Jakarta :       Rineka Cipta.

Mulyasa, 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya.. -.

Tatang,.Amirin  M,  2011, Pengertian  sarana  dan  prasarana  pendidikan,  PT. Grafindo Persada, Jakarta

The Wallace Foundation. 2013. The School Principal As Leader: Guiding Schools To Better Teachingand Learning. New York: The Wallace Foundation.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Kompetensi Kepala Sekolah

Sudarwan Danim. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Cet. 4;

Bandung: Alfabeta

Sukarno,  Edy.  2002.  Sistem  Pengendalian  Manajemen:  Suatu  Pendekatan

Praktis. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sukmadinata,  Nana  Syaodih.,  dkk 2006.  Pengendalian  Mutu  Pendidikan  Sekolah

Menengah: Konsep, Prinsip, dan Instrumen. Bandung: Refika Aditama,.

Usman,  Husaini.  2011.  Manajemen:  Teori,  Praktik,  dan  Riset  Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Wahjosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

 

 

 

Komentar

Zoosk - Online Dating

Posts populer

Isi Kandungan dan pesan dari Surat Al-Hujurat[ 49 ] : ayat 12

NASKAH SOAL ULANGAN KD. Q.S Al-Insyrah./ kls 9 Semester 2

Husnuzzan [Materi Pelajaran PAI SMA /Kls 10 /Bab 4/Semester.1 /Kurtilas ]

Ayat-ayat Al-qur'an yang menerangkan di turunkannya kitab-kitab suci ( Taurat, Zabur ,Injil dan Al-qur'an)

Persamaan dan perbedaan manusia dengan Hewan